Pendahuluan
Mahasiswa
dan perubahan, kalimat ini memang sudah sangat singkron dan sudah begitu
melekat untuk disandingkan menjadi elemen kata yang tidak bisa di pisahkan, hal
ini karena perubahan-perubahan di negara manapun di dunia telah dilakukan oleh
insan yang bernama mahasiswa. Mahasiswa sebagai insan kampus yang masih idealis
serta bersikap independen merupakan penentu kemajuan masa depan sebuah bangsa.
Jadi, sangat pantaslah kalau mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa memikul
tanggung jawab ini. Mahasiswa sering melakukan gerakan-gerakan ke arah
perubahan untuk kemajuan bangsa serta keadilan bagi masyarakat.
Jadi tidak logis kalau ada anggapan yang mengatakan bahwa
gerakan mahasiswa merupakan ancaman terhadap negara dan penguasa, sehingga
gerakan mahasiswa sering dilabelkan dengan gerakan komunis dan atau sejenisnya.
Dalam Sebuah negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia
misalnya, penguasa tidak perlu mencurigai setiap gerakan mahasiswa, karena hal
itu merupakan dinamisasi perjalanan demokrasi. Kebebasan berekpresi dan
mengeluarkan pendapat sangat di junjung tinggi. Dalam pandangan saya, gerakan
mahasiswa merupakan bagian dari gerakan pendesak, kumpulan atau kelompok
pendesak ini sangat dijunjung tinggi dalam sebuah negara demokrasi dan bukan malah
untuk dicurigai. Adanya kumpulan pendesak ini akan lebih nampak dinamis dalam
perjalanan bangsa dan negara.
Menurut Alan R.Ball (1993), kumpulan pendesak merupakan
agregat sosial dengan tahapan yang padu serta berkolaborasi untuk tujuan yang
sama yang pada akhirnya dapat mempengaruhi proses membuat keputusan politik.
Sedangkan menurut golongan Marxis, menilai bahwa kumpulan pendesak (pressure)
perlu ada didalam sebuah negara, mereka percaya bahwa negara tidak bersikap
nertral dan terdapat ketidakseimbangan yang besar antara kumpulan dari segi
kuasa politik. Oleh karena itu bukan saja kekuasaan negara dalam masyarakat
demokrasi yang liberal yang memihak kepada kepentingan golongan buruh, tetapi
juga terdapat jurang pemisah yang kentara diantara kedua-duanya. Istilah ini
sering di namakan oleh Miliband sebagai 'persaingan tidak sempurna'. Jadi
dengan adanya kumpulan pendesak ini, penguasa akan lebih bersikap bijaksana dan
adil dalam setiap pengambilan kebijakan maupun keputusan serta tidak akan
memihak kepada kelompok status quo. Jadi fungsi kolompok pendesak ini adalah
sebagai pengontrol dalam setiap keputusan dan kebijakan yang akan di keluarkan
oleh para penguasa.
Sejarah gerakan Mahasiswa
Sejarah
munculnya gerakan mahasiswa telah berkembang sejak didirikan Universitas
Bologna Paris dan Oxford
pada abad ke 12 dan ke 13. Gerakan mahasiswa sedunia mulai muncul ketika terjadi penyerangan oleh
tentera Hitler terhadap pertemuan Mahasiswa sedunia pada tangal 17 November
1939 di Praha Cekoslowakia. Akibat penyerbuan itu, sembilan pemimpin mahasiswa
tewas dan imbasnya Universitas Charles pun ditutup. Peristiwa tersebut membuat
mahasiswa sangat sedih karena telah melukai hati mereka, dan ini bukan hanya di
Cekoslawakia, akan tetapi juga di seluruh
dunia. Setelah kejadian ini, mahasiswa pun bangkit sebagai kelompok penentang,
peristiwa 17 November ini di jadikan sebagai International Student Day.
Pada Maret
1945 di London diadakan pertemuan yang
dihadiri oleh 24 mahasiswa dari seluruh dunia. Pertemuan tersebut telah
menghasikan satu kesimpulan untuk membentuk satu organisasi mahasiswa seluruh
dunia yang dikenal dengan nama Federasi Mahasiswa Seluruh Dunia. Selanjutnya
pada bulan November pertemuan ini dilanjutkan kembali juga di tempat yang sama
selama 2 hari. Pertemuan ini dihadiri oleh 150 orang mahasiswa dari 38 negara
di dunia. Pada waktu yang sama juga telah lahir satu lembaga mahasiswa yang
didominasi oleh kelompok komunis yang diberi nama “The Word Federation Of
Democratic Youth (WFDY). Kelahiran organisasi ini telah mempengaruhi pertemuan
di London, di mana organisasi Federasi Mahasiswa mengambil sikap beraliansi
dengan WFDY atau tidak. Disinilah mulai terjadi perpecahan ditubuh organisasi
mahasiswa dan hampir saja organisasi Federasi Mahasiswa ini dibubarkan. Namun
satu tahun kemudian, tepat pada 17 November 1946 diadakan kembali pertemuan
mahasiswa sedunia di Praha, Cekoslawakia. Dalam pertemuan inilah terbentuk
organsisasi mahasiswa sedunia secara resmi yang diberi nama International Union
Of Student (IUS).
Dikemudian
hari, IUS mengalami perpecahan disebabkan oleh tiga faktor, pertama, IUS gagal
melakukan protes terhadap Coup D’etat di Cekoslawakia pada Februari 1948.
Sedangkan secara realita mahasiswa mengerakkan gelombang demontrasi menentang
usaha Coup D’etat. Sebaliknya Komunis dengan bantuan tentera merah Uni Soviet
menindas aksi-aksi mahasiswa tersebut. Kedua, kegiatan IUS berkerjasama dengan
WFYD yang melaksanakan kongres di Calcutta India pada tahun 1948. Teryata
kongres tersebut dijadikan alasan oleh pihak Komunis untuk melakukan kudeta di
Asia seperti Burma, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Faktor ketiga adalah IUS
tidak mampu melakukan protes terhadap pemberontakan Parti Komunis Indonesia
(PKI) di Madiun pada tanggal 18 September 1948. Selanjutnya perselisihan
semakin hebat dari tahun ketahun hingga menyebabkan perpecahan dalam tubuh
gerakan mahasiswa. Namun begitu perang Korea meletus, IUS melaksanakan kongres
kedua di Praha pada 22 Juni 1950. Para mahasiswa dari negara Barat mengambil
sikap menentang, mereka yang terdiri dari 21 wakil National Union Of Student
mengadakan pertemuan di Stockholm Swedia. Dalam pertemuan itulah kemudian
mereka melahirkan berdirinya The International Student Conference (ISC).
Sekelumit
perkembangan sejarah gerakan mahasiswa dunia ini memang sangat riskan dari
unsur perpecahan. Organisasi mahasiswa terpecah menjadi dua, satu bernama IUS
yang berpusat di Praha, Cekoslawakia, sedangkan satu lagi bernama ISC yang
berpusat di Leiden, Belanda. Perpecahan dalam tubuh organisasi mahasiswa ini
merupakan cerminan terhadap perpecahan politik dunia, dimana terjadi persaingan
dan gesekan antara dua blok raksasa dunia yaitu Uni Soviet versus Amerika
serikat yang terkenal dengan perang dingin. Akibat perpecahan di tubuh
organisasi mahasiswa, gerakan-gerakan mahasiswa lebih banyak menyusup dalam
gerakan-gerakan di tingkat nasional. Seperti Revolusi di Hongaria pada 23
Oktober 1956, mereka menuntut agar para dosen yang menganut aliran Stalinist
dipecat dari Universitas. Mahasiswa dan rakyat bersatu padu dalam gerakan
tersebut, mereka menyerukan 'suara kemerdekaan dengan slogan kami ingikan
kebebasan dan tentera Uni Soviet harus segera meninggalkan Honggaria'.Gerakan
tersebut di hadiri oleh 100.000 mahasiswa. Gerakan ini disambut oleh tentera
beruang merah dengan mengerahkan tank-tank, panser dan pesawat tempur.
Walaupun
gerakan tersebut dilayani dengan kekerasan, namun semangat perjuangan mahasiswa
tidak pernah mundur, malah mahasiswa
terus bersemangat untuk memperjuangkan normalisasi sistem politik,
kebebasan, demokrasi, keadilan, dan penghargaan terhadap martabat manusia.
Gerakan demi gerakan terus mereka lakukan seperti di Lisbon, Portugis 1
Februari 1965. Mahasiswa menuntut demokrastisasi dan perbaikan sistem
pendidikan serta kebebasan di Universitas. Demikian juga gerakan
dinegara-negara lain baik di Perancis, Polandia, Belgia, Belanda, Inggris,
Afrikan, Maroko, Libya, Iran, Irak, Sudan, Kenya, Turki, Nepal, Korea Selatan,
Filipina dan Indonesia. Mahasiswa tetap menjadi tonggak politik untuk melakukan
segala perubahan di seluruh dunia.
Konsepsi gerakan mahasiswa
Menurut
Hussain Muhammad (1986) gerakan mahasiswa merupakan gerakan yang di golongkan
kepada gerakan sosial. Beliau menyifatkan kedudukan dan peranan gerakan
mahasiswa mempunyai konotasi dengan gerakan kolektif dalam mewujudkan perubahan
dalam suatu masyarakat. Seementara itu
menurut Jeffrey Haynes (sebagaimana di kutip dalam tulisan Touraine
1985) menjelaskan bahwa gerakan sosial merupakan pelaku yang secara budaya
terlibat dalam konflik sosial atau politik, bertujuan dengan strateginya
memiliki hubungan sosial dan rasionalitas. Fungsi mereka tidak bisa ditafsirkan
dalam logika tatanan kelembagaan yang ada, kerana fungsinya yang seimbang benar-benar merupakan tantangan bagi
logika dalam mentranformasikan hubungan sosial. Karena itu, gerakan sosial
selalu menentang status quo, mereka anti sistem, menyerukan dan memadukan
tuntutan akan perubahan tatanan sosial, politik dan ekonomi. Dengan demikian,
gerakan sosial berusaha untuk mencapai perubahan tingkat tinggi.
Lebih
lanjut Jeffrey Haynes menjelaskan bahawa ciri utama gerakan sosial menandingi
dasar politik dengan negara, gerakan sosial ini tidak tumbuh dalam isolasi
pelaku sosial dan politik, tetapi merupakan pelaku kolektif yang terorganisir
dalam perjuangan politik atau kultur yang berkelanjutan melalui jalan aksi yang
institusional dan ekstra-institusional. Walaupun tema yang diusung menentang
status quo, bahkan jauh dari itu mereka secara kritis berusaha untuk membangun
indentitas sosial baru, menciptakan ruang demokrasi bagi aksi sosial yang
otonom dan menafsirkan kembali norma dan membentuk ulang lembaga-lembaga. Juga
mereka berusaha untuk mengerakkan bagian-bagian dan kelompok-kelompok yang
tertindas atau tereksploitasi dalam cara baru dan berbeda.
Sebagai gerakan social (movement organization) gerakan
mahasiswa merupakan gerakan yang berusaha untuk mengerakkan atau memobilisasi
golongan mahasiswa maupun masyarakat secara kolektif. Gerakan ini di lakukan
untuk mewujudkan kesadaran politik setiap individu masyarakat demi menentang
segala penindasan yang di lakukan oleh negara. Jadi gerakan mahasiswa merupakan
gerakan untuk melawan hegomoni negara. Untuk mencapai keberhasilan perlu suatu
gerakan yang kuat dan bersatu padu serta ide, gagasan dan tindakan politik yang
radikal. Tegasnya, konsep gerakan sosial yang dibangun oleh mahasiswa merupakan
suatu gerakan yang mempunyai bentuk tingkah laku serta budaya tersendiri.
Menurut Arbi Sanit (1999) gerakan mahasiswa mempunyai
peranan yang sangat besar untuk perubahan masyarakat. Mahasiswa selalu
mengambil peran sebagai pelopor dalam setiap perubahan. Keinginan yang sangat
besar untuk melakukan perubahan adalah sifat yang sudah melekat pada mahasiswa
yang berpikir kritis. Bila kita lihat gerakan yang dilakukan oleh mahasiawa
Indonesia pada Mei 1998 yang lalu jelaslah bahwa mahasiswa mampu melibatkan
diri dalam proses politik dan perubahan politik. Walaupun harus diakui segala
gerakan dan tindakan mereka tidak selamanya benar, akan tetapi apa yang telah
dikritik dan dilakukan oleh mahasiswa kadangkala akan menyadarkan nurani masyarakat.
Meninjau kembali Gerakan Mahasiswa Aceh
Sebelum
membicarakan lebih lanjut tentang gerakan mahasiswa Aceh, ada satu pertanyaan
yang sering muncul kepermukaan, kenapa mahasiswa bangkit melakukan gerakan
perlawanan atau penentangan?. Menurut Yozar Anwar (1981) yang menjelaskan
tentang gerakan mahasiswa di empat benua, baik di Eropa, Amerika, Afrika dan
Asia. Beliau menjelaskan memang sudah sewajarnya mahasiswa melakukan
perlawanan, sebab mahasiswa generasi penerus bangsa yang sudah wajar memikul
tanggung jawab, berusaha melakukan kritik korektif kepada pemerintah dengan
melestarikan nilai-nilai yang murni dan menjauhkan setiap bentuk penindasan dan
kesewenangan.
Secara
general, gerakan perlawanan mahasiswa lahir karena ada beberapa faktor
diantaranya; masalah pendidikan, diskriminasi rasial, perlombaan persenjataan,
kemiskinan, politik kolonialisme dan imperialisme. Gerakan perlawanan mahasiswa
bukan hanya disebabkan oleh faktor di sekelilingnya akan tetapi juga meliputi
faktor eksternal. Lebih lanjut Yozar Anwar menjelaskan bahwa pengalaman Perang
Dunia I cukup menyentuh perasaan dan idealisme mahasiswa tentang begitu
kejamnya peperangan. Industri-industri yang telah dibangun untuk kemakmuran
manusia telah hancur akibat perang. Manusia mati sia-sia akibat dari keputusan dan permainan para ahli
politik.
Sejarah
mencatat perang tidak menjadikan manusia bisa santun dan beradab justru malah
sebaliknya menjadikan manusia buas dengan insting membunuh. Begitu halnya juga
ketika Perang Dunia I usai, para pihak yang kalah perang tidak akan pernah
puas. Idealisme gerakan mahasiswa pada waktu itu tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan sejarah konflik dan perang pada umumnya.
Demikian
juga halnya dengan gerakan perlawanan mahasiswa Aceh pada umumnya. Menurut
Ahmad Human Hamid (1999), mahasiswa Aceh
merupakan satu generasi yang lahir tidak hanya membaca dan mendengar
kisah Aceh yang dibalas 10 tahun dalam bentuk penjajahan Daerah Operasi Militer
(DOM). Namun karena kesadaran yang dimiliki oleh rakyat dan mahasiswa
khususnya, maka setiap kekejaman maupun penindasan pasti akan mendapat
perlawanan, dan perlawanan itu dimulai dari darah-darah muda intelektual muda.
Lahirnya
gerakan mahasiswa Aceh berangkat dari kesadaran bersama untuk membela nasib
rakyat Aceh yang tertindas. Kesadaran ini muncul dilatar belakangi oleh
rangkaian sejarah penentangan rakyat Aceh terhadap Jakarta. Rakyat Aceh merasa
dirinya sebagai community yang terjajah
dan tertindas yang di lakukan oleh Negara. Munculnya gerakan mahasiswa Aceh
merupakan akibat kekecewaan dan ketidakadilan masa lalu, faktor ini juga sangat
dilandasi oleh pemahaman identity ke Aceh-an yang begitu kental baik dalam
referensi sejarah maupun realitas Aceh kekinian.
Sebelum
era reformasi, generasi muda Aceh sering
dibodohkan serta dibutakan dengan sejarah masa lalu, sehingga hal ini sangat
bermasalah dalam proses pembinaan integritas politik rakyat Aceh pada saat
kejatuhan Orba. Wujud gerakan mahasiswa Aceh untuk mengugat Jakarta berangkat
dari kesadaran politik yang sehat dan dinamis demi pembangunan Aceh yang lebih
berwibawa dan bermartabat--dalam artian tidak menjadi bangsa yang terjajah di
negerinya sendiri.
Perubahan sistem politik di Indonesia pada tahun 1998 atau
yang dikenal dengan era reformasi telah memberi peluang yang cukup signifikan
bagi keberadaan mahasiswa Aceh untuk melakukan segala bentuk desakan serta
perubahan. Kesan positif yang diperoleh dari gerakan tersebut adalah pemerintah
telah mencabut status Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) pada 7 Agustus
1998. Selanjutnya Setelah pencabutan DOM, mahasiswa Aceh mulai gencar melakukan
tuntutan seperti mendesak negara untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM selama
pemberlakuan DOM. Pelaku diminta untuk dihukum dan dilakukan rehabilitasi
terhadap korban-korban DOM. Perimbangan keuangan antara Aceh dan Jakarta
merupakan tuntutan yang terus diusung mahasiswa.
Pada
dasarnya gagasan dan ide tuntutan mahasiswa tersebut mendapat dukungan dari
seluruh masyarakat Aceh baik itu para ulama, akademisi, birokrat pemerintah
maupun DPRD Aceh. Namun apa yang diperjuangkan oleh mahasiswa Aceh tersebut
tidak mendapat respon dari pemerintah pusat. Akibat lambatnya tindakan serta
kebijakan pemerintah Indonesia menyahuti desakan mahasiswa Aceh, telah membuat
suasana Aceh waktu itu menjadi lebih parah. Malah yang sangat disesalkan
setelah pencabutan DOM, pemerintah pusat masih juga menerapkan operasi militer
di Aceh seperti Operasi Sadar Rencong, Operasi Wibawa dan Operasi Penindak
Rusuh Massa. Semua operasi tersebut juga tidak bisa menyelesaikan masalah Aceh
malah telah melahirkan masalah baru yaitu memberi peluang kepada GAM untuk
menyebarkan ide mewujudkan kembali kedaulatan kerajaan Aceh Darussalam yang
pernah mencapai jayanya diseluruh Nusantara. Gerakan ini telah beberapa kali
ditumpas oleh pemerintah Indonesia sejak 1976.
Pendekatan
militer dalam menyelesaikan setiap permasalahan di Aceh telah melahirkan
kemarahan rakyat Aceh, sehingga diekpresikan dalam tindakan politik yaitu
gerakan mogok atau pembangkangan sipil secara besar-besaran. Gerakan mogok
massa ini menyebabkan lumpuhnya sistem pemerintahan di seluruh Aceh.
Dalam suasana
konflik Aceh yang tidak menentu, disinilah
gerakan mahasiswa Aceh memainkan perannya. Memang, pendekatan dengan
mengunakan senjata untuk menghapus gerakan GAM oleh pemerintah Indonesia tidak
akan pernah menyelesaikan masalah malah akan menimbulkan permasalahan baru di
Aceh. Sebagai contoh apabila terjadi kontak senjata antara militer RI dengan
pihak GAM pada sesuatu tempat, maka yang terjadi selanjutnya adalah rakyat akan
memilih mengungsi menyelamatkan diri. Mesjid-mesjid, gedung-gedung pemerintah, sekolah-sekolah
akan menjadi tempat pengungsian bagi masyarakat tersebut.
Pegungsian besar-besaran yang terjadi paska kekerasan
membuat mahasiswa Aceh tersadar dan turut prihatin. Mereka kemudian turun ke
tempat-tempat pengungsian dengan mendirikan posko-posko emergency untuk
membantu kebutuhan rakyat.
Partisipasi gerakan mahasiswa Aceh untuk menyelesaikan konflik Aceh dari
tahun 1998 sampai sakarang memang telah mendapat perhatian baik di Aceh maupun
diluar negeri. Perjanjian Helsinki yang membuahkan perdamaian pada 2005 telah
membuat perubahan yang begitu besar baik dalam kehidupan masyarakat Aceh maupun
dunia. Dalam proses kesepakatan perdamaian, para pihak tidak lupa mengundang
aktivis gerakan mahasiawa Aceh untuk turut berpartisipasi langsung dalam acara
tersebut. Memang, peranan gerakan mahasiswa Aceh sebagai penentu kearah
perubahan sangatlah diperlukan dan harus terus digalakkan demi memelihara
perdamaian yang kini telah terajut di Aceh.Semoga
No comments:
Post a Comment